CUT NYAK DIEN

cut nyak dien

Lahir: Lampadang, 1848

Wafat: Sumedang, Jawa Barat, 1908

Ketika Lampadang diduduki Belanda pada bulan Desember 1875, Cut Nyak Dien harus mengungsi dari tanah kelahirannya. Ayah Cut Nyak Dien adalah seorang pejuang, begitu pula suami pertamanya, Teuku Ibrahim Lamnga yang gugur dalam pertempuran dengan pasukan Belanda di Gle Tarum bulan Juni 1878.

Dua tahun kemudian, Cut Nyak Dien menikah dengan Teuku Umar , salah satu tokoh yang melawan Belanda sekaligus keponakan ayahnya Pernikahan Cut Nyak Dien dengan Teuku Umar pada tahun 1880 meningkatkan moral pasukan perlawanan Aceh.

Setelah pernikahannya dengan Teuku Umar, ia bertempur bersama melawan Belanda, namun, Teuku Umar gugur saat menyerang Meulaboh pada tanggal 11Februari 1899, sehingga ia berjuang sendirian di pedalaman Meulaboh bersama pasukan kecilnya.

Meski berjuang sendiri dengan pasukannya, kegigihan Cut Nyak Dien tak pernah melemah. Gerilyanya mengancam pendudukan Belanda di Aceh dan meskipun pasukan penjajah berusaha menangkapnya, usaha mereka terus gagal.

Cut Nyak Dien saat itu sudah tua dan memiliki penyakit encok dan rabun, sehingga satu pasukannya yang bernama Pang Laot melaporkan keberadaannya karena iba. Ia akhirnya ditangkap dan dibawa ke Banda Aceh.

Di sana ia dirawat dan penyakitnya mulai sembuh. Kesembuhannya menambah semangat perlawanan rakyat Aceh. Komunikasi antara Cut Nyak Dien dan para pejuang Aceh lainnya yang belum tertangkap sekali lagi membuat penjajah merasa terancam.

Akhirnya Cut Nyak Dien pun dipindah ke Sumedang. Di kota inilah sang pejuang wanita Aceh meninggal pada tanggal 6 November 1908 dan dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang.

Atas perjuangan dan pengorbanannya yang begitu besar kepada negara, Cut Nyak Dien dinobatkan menjadi Pahlawan Kemerdekaan Nasional dengan SK Presiden RI No.106 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964. (Kidnesia/berbagai sumber)

DOWNLOAD KLIK DI SINI!

Tinggalkan komentar